Liputan6.com, Jakarta PT Arsari Tambang menyatakan bahwa fasilitas smelter yang dimilikinya kini sepenuhnya menggunakan listrik dari energi terbarukan. Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Direktur PT Arsari Tambang, Aryo Djojohadikusumo, sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan dan target nol emisi.
Menurut Aryo, peralihan ini dimungkinkan setelah Pulau Bangka terhubung dengan jaringan listrik Pulau Sumatera. Listrik yang digunakan di smelter kini bersumber dari pembangkit listrik tenaga panas bumi di Sarula serta pembangkit listrik tenaga air di Aceh dan Sumatera Utara.
“Dengan bangga saya sampaikan bahwa kini smelter Arsari Tambang dipasok listrik dari pembangkit energi terbarukan di Sumatera,” ujar Aryo, Rabu (16/7/2025).
Meskipun penggunaan listrik EBT sudah mencapai 100 persen di fasilitas pemurnian, Aryo mengakui bahwa pengoperasian alat-alat berat di pertambangan masih bergantung pada bahan bakar solar. Namun, menurutnya, upaya untuk mencapai net zero secara keseluruhan masih berada di kisaran 60 hingga 70 persen, dengan target penyelesaian dalam waktu lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Aryo menegaskan bahwa langkah ini juga merupakan respon terhadap tuntutan pasar global yang semakin menekankan prinsip keberlanjutan. Ia mengatakan bahwa lebih dari 50 persen penggunaan timah dunia saat ini terkait dengan industri semikonduktor dan elektronik, yang sangat memperhatikan aspek lingkungan dalam rantai pasokannya. “Kita sebagai penambang harus mengikuti permintaan pasar. Pelanggan adalah raja,” katanya.
Selain pengurangan emisi, PT Arsari Tambang juga memiliki prestasi dalam program rehabilitasi lingkungan. Pada tahun 2024, perusahaan mencatat tingkat keberhasilan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) di Krakas, Bangka Tengah mencapai 91 persen. Jenis tanaman yang digunakan dalam program tersebut antara lain jambu mete, cemara udang, dan kayu putih.
Menurut Aryo, penanaman pohon-pohon produktif ini tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Perusahaan juga mulai melakukan restorasi ekosistem laut, terutama terumbu karang di daerah Belinyu, Induk Bangka. Aryo menyebut langkah ini sebagai bagian dari reklamasi tambang laut dan menjadikan Arsari Tambang sebagai perusahaan timah pertama di Indonesia yang secara aktif melakukannya.
Dari sisi bisnis, perusahaan menargetkan produksi 2.000 ton per tahun dengan proyeksi omzet minimal Rp1 triliun. Meskipun ekspor, terutama ke China, masih menjadi pasar utama, Aryo menekankan bahwa pasar domestik saat ini sudah tumbuh secara signifikan.
Ia juga mengapresiasi dukungan pemerintah daerah dan Badan Pengusahaan Batam dalam mendukung percepatan kawasan ekonomi khusus dan kawasan perdagangan bebas di wilayah di mana Arsari Tambang membangun pabrik hilirisasi timah, yaitu solder. Aryo menegaskan, meski perusahaan menggandeng mitra asing, kepemilikan mayoritas tetap berada di tangan anak bangsa. “Mitra asing hanya memegang saham minoritas. Kepemilikan mayoritas tetap milik putra-putri terbaik Indonesia,” katanya.
Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/6107168/smelter-arsari-tambang-gunakan-100-listrik-energi-terbarukan?page=3