Jakarta, CNBC Indonesia – Ekspor logam timah masih bergeliat di tengah pandemi. Bursa timah di ICDX mencatat nilai transaksi mencapai Rp 2,4 triliun pada kuartal I-2021.Sementara volume transaksi timah mencapai 6.294 metrik ton. Hal ini seiring dengan harga timah yang bergerak lebih tinggi.
Rata-rata harga timah ICDX pada kuartal I sampai pertengahan April terpantau stabil pada rentang level US$ 28.000 per ton. Angka ini merupakan angka capaian rata-rata tertinggi sejak timah diperdagangkan melalui Bursa ICDX.Data Bank Indonesia (BI) pada Triwulan I-2021 mencatatkan harga komoditas ekspor untuk timah tercatat yang paling tinggi ketiga setelah Batu Bara dan CPO.
Harga komoditas dunia terus meningkat, sehingga mendukung perbaikan kinerja ekspor negara berkembang yang lebih tinggi, termasuk Indonesia.
Salah satu eksportir timah antara lain PT Mitra Stania Prima (MSP) yang berhasil membukukan ekspor logam timah sebesar 3.299 ton.
Capaian tersebut mendekati Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) 2020 perseroan yang diberikan Dinas ESDM Bangka Belitung sebanyak 3.300 ton logam timah.
“Perdagangan dilakukan melalui bursa timah Indonesia, Jakarta Future Exchange ke Amerika Serikat, negara-negara di Eropa dan Asia,” kata Chief Executive Officer (CEO) MSP Aryo Djojohadikusumo di Jakarta, Sabtu (1/5/2021).
Aryo menjelaskan, merek MSP di bursa London Metal Exchange, terdaftar sejak 8 Juni 2017 dan saat ini sedang memperbaharui registrasi merek dagang tersebut.
“Diharapkan tahun ini prosesnya selesai karena seluruh persyaratan adminstratif yang diperlukan telah dipenuhi oleh perusahaan,” ucap Aryo.
Menurutnya, kepatuhan perseroan atas inisiatif Responsible Mineral Assurance Program (RMAP), mendapat respon positif dari konsumen logam timah yakni Nike Inc. Produsen sepatu olahraga asal Amerika Serikat (AS) itu, kata Aryo mengirimkan email apresiasi kepada perseroan dan seluruh anggota peserta program RMAP atas keikutsertaan dalam inisiatif tersebut.
“Hal ini dikarenakan Nike mendukung transparansi dan standar yang diterapkan industri pertambangan khususnya timah dalam kebijakan rantai pasok dan proses bisnis mereka. Hal yang sama dilakukan oleh Tesla yang hanya akan menggunakan produk industri pertambangan dari pelaku bisnis yang tersertifikasi oleh RMAP,” papar Aryo.
Pencapaian ekspor timah PT MSP tak lepas dari sertifikasi responsible minerals assurance process (RMAP). Sertifikasi ini dikeluarkan oleh lembaga nirlaba, Responsible Business Alliance (RBA).
Tidak semua produsen timah dapat memperoleh sertifikasi RMAP. RBA memiliki sejumlah kriteria sebelum menerbitkan sertifikasi RMAP. Di antaranya, keuntungan operasional murni untuk perusahaan. Bukan untuk dialokasikan sebagian kepada kelompok-kelompok yang tengah terlibat konflik.
Penulis: Chandra Gian Asmara
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/news/20210501112943-4-242376/ekspor-timah-ke-as-hingga-eropa-terus-digeber